Sunday, August 7, 2011

Krisis Eropa Kian Meluas


Brussels, Jumat - Uni Eropa bekerja keras agar dapat segera menyusun rencana untuk membendung efek krisis utang. Karena itu, dana darurat Uni Eropa untuk keperluan membantu negara-negara di zona euro yang terkena krisis akan segera ditambah.


Ketua Komisi Ekonomi Uni Eropa Olli Rehn di Brussels, Belgia, Jumat (5/8), mengatakan, rencana darurat akan disepakati pada 21 Juli mendatang dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi khusus.

Kesepakatan itu adalah batu loncatan penting dalam upaya mengatasi krisis di zona euro, julukan bagi 17 negara pengguna mata uang euro.

Mengenai tambahan untuk dana darurat, Rehn tidak mau mengungkapkannya. ”Saya tidak mau menyebutkan angka sekarang ini,” katanya.

European Financial Stability Facility atau Fasilitas Stabilitas Finansial Eropa saat ini memiliki dana 440 miliar euro. Dana ini dapat ditarik jika ada negara anggota yang memerlukan seperti Yunani. Namun, Rehn menegaskan, Italia maupun Spanyol tidak memerlukan ini.

Para pemimpin Eropa, Jumat, bertemu untuk membahas krisis utang yang tampak kian meluas di Eropa. Setelah Yunani, Irlandia, Portugal, kini giliran Italia dan Spanyol menjadi pusat badai.

Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso menyatakan bahwa krisis telah merebak dan tidak terbatas pada kawasan pinggiran zona euro.

Italia dan Spanyol diminta melakukan pengetatan lebih banyak agar dapat mengendalikan utang. Tingkat bunga bagi obligasi Italia dan Spanyol melonjak. Ini pertanda risiko yang terkandung semakin besar.

Bank Sentral Eropa (ECB) memberi bantuan terbatas kepada Italia dan Spanyol dengan mengaktifkan kembali program pembelian obligasi pada hari Kamis (4/8). Ini bertujuan untuk mencegah zona euro agar tidak terjebak lebih jauh ke dalam krisis. Namun, ECB hanya membeli obligasi Portugis dan Irlandia.

Anggota Uni Eropa lainnya menolak tindakan tersebut. Sumber dari ECB menyebutkan, 4 dari 23 anggota Dewan Gubernur ECB, termasuk Gubernur Bank Sentral Jerman Jens Weidmann, menolak langkah ini.

Sebelumnya, pendahulu Weidmann, Axel Weber, secara terbuka menyatakan menolak kebijakan ini. Kali ini, ekonom ECB Juergen Stark dan Gubernur Bank Sentral Belanda dan Luksemburg juga menolak.

Anggota Dewan Gubernur, Luc Coene, dari Belgia menyatakan, ECB belum membeli obligasi Italia dan Spanyol. Dia meminta kedua negara tersebut harus melakukan langkah lain agar mendapatkan dukungan dari ECB.

”Saya rasa ECB telah melakukan langkah signifikan untuk mengatasi situasi, tetapi negara-negara itu harus melakukan langkah sendiri,” ujar Coene.

Bank Sentral Spanyol juga menyatakan, untuk melawan krisis harus ada tindakan dalam tataran kebijakan ekonomi.

Para pelaku pasar tidak terkejut dengan upaya ECB membeli obligasi Portugis dan Irlandia yang turut menekan reputasi obligasi Italia dan Spanyol.

Pasar obligasi
Spanyol berhasil menjual obligasi dan meraup dana sebesar 3,3 miliar euro, tetapi harus dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Spanyol menjual 2,2 miliar euro obligasi bertenor tiga tahun dengan suku bunga 4,813 persen atau naik dari 4,037 persen pada 2 Juni lalu. Juga ada penjualan obligasi sebesar 1,1 miliar euro bertenor empat tahun dengan tingkat suku bunga 4,984 persen, atau naik pesat dari 2,862 persen dari Oktober 2009.

Tingkat suku bunga obligasi Spanyol ini merupakan yang tertinggi sejak mata uang tunggal euro digunakan di Eropa pada tahun 1999.

Setelah penjualan tersebut, Menteri Keuangan Spanyol Elena Salgado mengatakan, pemerintah telah berhasil menutupi dua pertiga kebutuhan anggaran tahun ini. ”Lelang ini juga untuk memperlihatkan kemampuan Spanyol mencari dana ke pasar,” katanya.

Tingkat suku bunga obligasi Italia juga naik ke atas level 6 persen. Pusat Riset Ekonomi dan Bisnis (CEBR), sebuah think tank di London, memperingatkan Italia akan terancam gagal bayar jika tidak dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Lembaga tersebut mengatakan, utang Italia akan naik menjadi 128 persen dari produksi domestik bruto (PDB) pada tahun 2017 jika biaya peminjaman masih terus di atas angka sekarang yang mencapai 6 persen dan jika angka pertumbuhan ekonomi tetap stagnan.

Perekonomian Italia bertumbuh hanya 0,1 persen pada kuartal pertama 2011. ”Bahkan, jika suku bunga obligasi turun menjadi 4 persen, pertumbuhan ekonomi Italia tetap tidak mencukupi untuk menghindari keadaan buruk. Rasio utang tetap berada pada level 123 persen terhadap PDB pada tahun 2018,” demikian CEBR. (AP/AFP/Reuters/joe)

Sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/06/04221720/Krisis.Eropa.Kian.Meluas

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung dan memberikan komentar. Jangan lupa untuk berkunjung kembali ke blog ini.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More