Aksi protes besar-besaran menentang Wall Steet yang terjadi di Amerika Serikat (AS) yang telah berlangsung selama hampir 4 minggu belakangan ini, belum memperlihatkan tanda-tanda mereda, justeru semakin meluas.
Aksi tersebut di picu oleh kebijakan pemerintahan Barack Obama, terkait dengan gerakan penghematan besar-besaran dalam menghadapi krisis finansial yang melanda AS dan Uni Eropa (UE) yang telah berdampak global.
Gerakan penghematan besar-besaran seperti pemangkasan subsidi sosial, juga diambil oleh pemerintahan di UE seperti Yunani, Perancis, Italia, Spanyol, dan sebagainya. Kebijakan penghematan yang didasari pada pemangkasan berbagai subsidi sosial, telah berdampak pada kenaikan pajak, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, pengangguran, dan masalah sosial lainnya.
Protes yang berlangsung di Wall Street tersebut telah meluas ke beberapa wilayah penting di AS seperti New York, bahkan Washington. Di Washington, massa aksi menamakan diri mereka sebagai “The Occupy DC”. Mereka memprotes kebijakan Barack Obama dalam menghadapi situasi krisis yang melanda AS yang hanya menyelamatkan para “konglomerat” dan mengorbankan sebagian besar rakyat AS.
Aksi yang terjadi di AS, dikabarkan akan meluas ke Inggris. Ribuan orang yang dirugikan akibat krisis keuangan telah sepakat akan berkumpul di luar Katedral St. Paulus, kurang dari 100 meter dari London Stock Exchange, pada hari Sabtu siang untuk memulai protes mereka. Protes serupa juga direncanakan di Madrid, Paris, Buenos Aires dan Caracas, dan kota-kota lainnya. Mereka menamakan diri mereka “99 persen”, yakni sebagian besar rakyat yang terkena dampak dari krisis finansial yang melanda AS dan UE yang seharusnya lebih diperhatikan pemerintah, bukannya para konglomerat yang jumlahnya kurang dari 1 persen.
Salah seorang pendukung gerakan Occupy LSX, Laura Taylor, mengatakan bahwa "lebih dari satu juta orang telah kehilangan pekerjaan mereka dan puluhan ribu rumah telah diambil alih, sementara bisnis kecil sedang berjuang untuk bertahan hidup. Tapi para bankir terus mencatatkan keuntungan miliaran dan membayar bonus besar. Bahkan setelah kita menalangi mereka seebsar 850 miliar Pound (US$1,3 triliun - perkiraan biaya bailout perbankan Inggris oleh Kantor Audit Nasional Inggris)."
Solidaritas Rakyat Dunia Anti Imperialisme
Gerakan protes yang terjadi di AS dan sebagian besar UE telah memicu gerakan yang semakin luas dengan garis anti imperialisme. Sebuah aliansi gerakan rakyat internasional-International League Peoples Struggle (ILPS)-rencananya akan menggelar aksi protes yang dilakukan secara serentak pada 15 Oktober besok di 71 negara.
ILPS menyimpulkan bahwa, situasi krisis yang terjadi di AS dan UE yang telah berdampak pada semakin terpuruknya perekonomian dunia dan kehidupan rakyat dunia, disebabkan oleh keserakahan dari negeri-negeri imperialisme. Mereka juga memprotes kebijakan perang dan teror yang dilancarkan oleh negeri-negeri imperialis, khusus AS terhadap negeri-negeri seperti Irak, Afganistan, Palestina, dan penjuru dunia lainnya, yang merupakan bagian dari skema negeri-negeri imperialisme untuk keluar dari situasi krisis yang dialaminya.
Menurut ILPS, untuk keluar dari situasi krisis yang dialami, negeri-negeri imperialis seperti AS dan UE telah melipatgandakan penindasan terhadap rakyat di seluruh dunia khususnya di negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan melalui pemaksaan kebijakan terhadap pemerintah di berbagai penjuru dunia untuk menjalankan serangkaian kebijakan seperti perampokan sumber daya alam secara besar-besaran, pemangkasan subsidi, pemotongan upah buruh, PHK secara besar-besaran, termasuk melancarka kampanye perang dan teror di berbagai Negara. Atas dasar itulah, ILPS menyimpulkan bahwa imperialis AS merupakan musuh rakyat seluruh dunia, oleh karenanya rakyat seluruh dunia harus bersatu menentang dominasi imperialisme AS dan pemerintahan kaki tangannya diseluruh dunia (#SO)
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung dan memberikan komentar. Jangan lupa untuk berkunjung kembali ke blog ini.